Dosen Program Studi S1 Gizi UP: Sadari Hal ini Agar Terhindar dari Stunting

Universitaspahlawan.ac.id, UP – Nur Afrinis, M.Si., Ketua Program Studi (Prodi) S1 Gizi, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai (UP) bagikan langkah mudah agar masyarakat bebas dari stunting (Pendek), Selasa (18/06) 2019.

Menurut informasi dari hasil Rapat Kerja Kesehatan Daerah atau Rakerkesda Riau bahwa, angka stunting di Riau masih tinggi khususnya di Kabupaten Kampar.

Menanggapi hasil tersebut, Nur Afrinis, M.Si., menuturkan bahwa konsumsi makan sehat bergizi serta kebersihan merupakan faktor penting agar terhindar dari stunting.

Masalah stunting terjadi di semua usia, tetapi kita sering menemui permasalahan ini pada balita dan anak-anak. Dari Program Studi S1 Gizi rutin mengadakan penyuluhan dan pelatihan pembuatan makanan yang dapat memenuhi kecukupan gizi, baik melalui program pengabmas maupun dalam Praktik Belajar mahasiswa, hal ini diketahui dari penuturan Ahli Gizi Universitas Pahlawan ini kepada Tim Humas.

Tidak kalah penting asupan gizi pada 1000 Hari Kehidupan Pertama anak juga perlu diperhatikan. lebih rinciannya 270 hari didalam kandungan dan 730 hari hingga balita berusia 2 tahun. Asupan makanan dengan gizi yang seimbang harus dipenuhi.

Selanjutnya permasalahan baru yang muncul mengenai konsumsi makanan seperti tingginya harga bahan pokok dan rendahnya pendapatan masyarakat bisa diakali, agar masyarakat tetap bisa mengkonsumsi makanan bergizi seimbang.

Menurutnya, makanan bergizi tidak selalu mahal, contohnya protein daging dapat diganti dengan yang lebih ekonomis seperti telur bahkan tahu. Konsumsi buah-buahan kaya vitamin dan serat juga demikian, tidak harus buah mahal, buah-buahan di sekeliling kita seperti pepaya, pisang, rambutan, bahkan buah ini bisa didapat tanpa membeli, cukup dengan menanamnya saja.

Selain pola hidup sehat dan memakan makanan bergizi, stunting bisa terjadi pada seseorang karena faktor penyakit infeksi, misalnya pada pengidap diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Namun tetap bisa dihindari dengan memperhatikan kebersihan lingkungan disekitar kita.

Sebanyak 37 dari 100 balita di Indonesia mengalami stunting. Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 2016 menyatakan tingkat stunting di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara tetangga, semisal Vietnam dan Thailand yang masing-masing sebesar 23 persen dan 16 persen.

Bayi atau balita yang stunting mengalami gangguan kesehatan seiring dengan terhambatnya pertumbuhan jaringan tubuh, termasuk organ lunak, seperti jantung, hati, ginjal, dan lainnya. Selain itu stunting bisa berimbas pada generasi setelahnya, seorang ibu yang mengalami stunting berkemungkinan besar melahirkan bayi stunting pula. Masyarakat harus lebih meningkatkan kewaspadaan untuk memutus rantai stunting